Judul : istri suka ngomel bagus juga, bagi kesehatan suami nya lhoo
link : istri suka ngomel bagus juga, bagi kesehatan suami nya lhoo
istri suka ngomel bagus juga, bagi kesehatan suami nya lhoo
Ketika sepasang kekasih telah memutuskan untuk menikah, dipastikan keduanya ingin memiliki kehidupan keluarga yang bahagia, saling peduli satu sama lain dan hidup dengan tenang serta nyaman bersama. Tapi, keluarga bahagia dan hidup nyaman menurut penelitian justru bisa meningkatkan risiko penyakit khususnya diabetes untuk pasangan. Lebih sedih lagi, hubungan yang bahagia akan meningkatkan risiko diabetes lebih besar buat pria atau suami.
Dikutip dari laman asiantown.net, hubungan pernikahan bahagia dan perlakuan yang menyenangkan dari istri akan meningkatkan risiko diabetes buat suami. Sementara itu, istri yang suka ngomel, sering marah-marah dan banyak maunya justru akan membuat suami sangat rendah berisiko diabetes alias menjadi lebih sehat.
Walau dikatakan istri yang suka ngomel ternyata baik buat kesehatan suami, hal ini tidak menjamin bahwa suami dengan istri yang suka ngomel akan baik-baik dan selalu sehat lho ya. Tetap ada masa di mana imun tubuh suami menurun dan ia pun mudah terserang sakit. Apalagi, jika suami mengalami stres berat akibat sering kali diomeli oleh istrinya. Para ahli menemukan bahwa suami yang sehat karena istri suka ngomel adalah suami yang sering kali diomeli dengan omelan kepedulian sang istri.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia baru-baru ini menyebutkan bahwa suami akan memiliki kesehatan yang baik ketika ia memiliki istri yang suka ngomel dan kehidupan pernikahannya kurang menyenangkan untuknya. Ketua penelitian yakni Dr Hui Liu mengungkapkan bahwa istri yang suka ngomel justru merupakan seseorang yang begitu peduli dengan suami. Ketika istri ngomel, kebanyakan hal itu disebabkan karena ia begitu peduli dengan suami dan ia ingin yang terbaik buat suami. Saat istri suka sekali ngomel, pola hidup suami bisa dijaga dan ditata dengan baik.
Sementara itu, untuk suami yang memiliki kehidupan sangat bahagia dengan istri yang tidak suka ngomel, ini memungkinkan suami lebih mudah terserang diabetes. Studi yang dilakukan pada 1.228 pria yang sudah menikah dan berada di rentang usia 57 sampai 58 tahun ditemukan bahwa hampir 389 pria menderita risiko diabetes.
Dari sekian banyak pria yang menderita diabetes ini, sebagian besar dari mereka memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia dan nyaman. Dan biasanya, pernikahan yang bahagia serta istri yang nggak suka ngomel lupa bahwa gaya hidup yang dijalani selama ini kemungkinan besar salah serta meningkatkan risiko diabetes, obesitas hingga kanker.
Well, buat para suami yang kebetulan punya istri suka ngomel, cobalah untuk bersyukur karena penelitian menyebutkan istri yang suka ngomel baik buat kesehatan suami. Pada dasarnya, istri yang suka ngomel adalah seseorang yang peduli dengan suami dan selalu ingin melihat yang terbaik dari suami. Termasuk melihat suami menerapkan pola hidup sehat dan jauh dari berbagai masalah kesehatan khususnya masalah diabetes. Semoga, informasi ini bermanfaat.
3 Hal yang Harus Dilakukan Para Suami Ketika Istri Marah
Para suami akan bisa menjadi pemimpin yang bijak, adil dan penyayang dalam mengarahkan bahtera rumah tangganya, sehingga te rbentuklah keluarga berkualitas
MARAH, bisa datang kapan saja kepada siapa saja. Tidak terkecuali pada seorang istri. Namun, untuk menjadi suami bestari sebagaimana diteladankan Nabi memang butuh keteguhan hati. Terlebih kala kemarahan istri terasa mengejikan diri. Tentu, seorang suami butuh pegangan untuk menegarkan hati.
Tetapi, hal ini sekali lagi tidak mudah. Sebagian suami langsung tegak dan melampiaskan kekesalan dengan penuh emosi. Situasi seperti ini, sontak membuat sang istri kaget dan semakin dibakar api kebengisan. Meskipun secara teori hampir setiap suami memahami bahwa api hanya bisa padam dengan air, namun tetap berhati dingin dalam situasi seperti itu jelas butuh kekuatan hati.
Menariknya, ajaran Islam tidak pernah memberikan suatu perintah melainkan telah tersedia keteladanan dari hamba-hamba Allah yang berakhlakul karimah. Termasuk bagaimana semestinya seorang suami merespon kemarahan sang istri.
Suatu waktu, seorang lelaki tergesa-gesa menuju kediaman Sayyidina Umar radhiyallahu anhu dengan maksud hendak mengadukan perilaku istrinya yang dirasa sering sekali marah. Begitu tiba di kediaman Sayyidina Umar, lelaki itu tanpa sengaja mendengar suara istri Umar bin Khaththab sedang meleja khalifah kedua itu. Lelaki itu semakin bingung, karena Sayyidina Umar sama sekali tidak membela diri.
Menyaksikan hal tersebut, lelaki itu pun balik kanan dan melangkahkan kaki untuk pulang sembari bergumam, “Kalau Khalifah saja dimarahi oleh istrinya dan tidak bereaksi apa-apa, untuk apa saya mengadu kepada beliau?” sembari terus melangkahkan kakinya.
Tak disangka, ternyata Sayyidina Umar menyadari kehadiran sang tamu. Beliau pun segera membuka pintu dan tatkala melihat sang tamu telah beranjak, buru-buru beliau memanggil, ”Apa keperluanmu?”
Lelaki itu pun berbalik dan segera menghadap Sayyidina Umar. ”Wahai Amirul Mu’minin, sebenarnya aku datang untuk mengadukan perilaku istriku dan sikapnya kepadaku, tapi aku mendengar hal yang sama pada istri tuan.”
”Wahai saudaraku, aku tetap sabar menghadapi perbuatannya, karena itu memang kewajibanku. Istrikulah yang memasak makanan, membuatkan roti, mencucikan pakaian, dan menyusui anakku, padahal semua itu bukanlah kewajibannya,” jawab Umar.
”Di samping itu,” sambung Umar, ”Hatiku merasa tenang (untuk tidak melakukan perbuatan haram—sebab jasa istriku). Karena itulah aku tetap sabar atas perbuatann istriku.”
”Wahai Amirul Mu’minin, istriku juga demikian,” ujar orang laki-laki itu.
”Oleh karena itu, sabarlah wahai saudaraku. Ini hanya sebentar!”
Dari kisah penuh hikmah tersebut, para suami setidaknya harus mengutamakan beberapa sikap, kala mendapati istri sedang marah.
Pertama, sabar
Sabar ini memang amalan sangat utama, sampai-sampai Allah menegaskan bahwa pahala sabar itu tidak terbatas (QS. 39: 10). Kemudian, Allah juga memerintahkan umat Islam agar senantiasa memohon pertolongan kepada Allah kemudian bersabar (QS. 7: 128). Dalam ayat lainnya, Allah memerintahkan kita agar memohon pertolongan kepada-Nya dengan sabar dan sholat (QS. 2: 153).
Sabar menghadapi istri yang marah adalah dengan tidak membalasnya dengan apapun, baik berupa ucapan atau pun tindakan. Seperti yang diteladankan Sayyidina Umar, beliau mengamalkan kesabaran dengan sempurna, yakni menahan diri untuk tidak terjebak emosi. Beliau memilih diam, mendengarkan dengan tabah dan terus berusaha mengingat-ingat kebaikan sang istri.
Kedua, adil
Sayyidina Umar radhiyallahu anhu sebagai seorang suami tidak sekadar pandai menuntut haknya, melainkan juga mengerti dengan baik apa hak dari seorang istri. Bahkan, beliau selalu mengingat jasa-jasa istrinya, sehingga beliau merasa penting untuk juga menghargai dan menghormati sang istri, termasuk disaat sedang marah.
Keadilan Sayyidina Umar radhiyallahu anhu dalam hal ini adalah memberikan hak istri untuk didengar, meski aspirasi itu mewujud dalam bentuk kemarahan.
Dan, sebagaimana orang yang ketika haknya diperhatikan bahkan diberikan secara penuh dan utuh, kelegaan hati pun akan segera menyelimuti dirinya. Itulah kenapa, beliau berkata pada lelaki yang mendatanginya, “Sabarlah wahai saudaraku. Ini hanya sebentar.”
Sungguh, mendengarkan kemarahan istri bukan sebuah kelemahan. Justru itulah kekuatan sejati seorang suami. Sebab, dengan seperti itu, keutuhan rumah tangga tetap terjaga, cinta kasih tetap terawat dan tentu saja kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah perlahan-lahan dapat diwujudkan.
Selain itu, sikap tersebut akan mencegah terjadinya perang mulut, adu argumentasi atau pun debat yang merugikan, yang jika tidak hati-hati justru terdengar anak-anak dan akan berdampak negatif terhadap perkembangan psikologi anak-anak kita sendiri.
Islam memerintahkan umatnya berlaku kepada semua mahluk. Apalagi istri dan keluarga.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاء لِلّهِ وَلَوْ عَلَى أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأَقْرَبِينَ
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu .” (QS: An-Nisa’: 135)
Ketiga, memaafkan
Seorang suami harus memiliki hati yang luas, sehingga tidak mudah tersinggung, sakit hati apalaagi sampai terbawa emosi berbalik memarahi istri.
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Dan, Islam telah memberikan anjuran untuk saling memaafkan. Jadi, terhadap kesalahan istri, termasuk kemarahannya, berlapang dadalah untuk memaafkan. Utamakanlah hal-hal penting, besar dan urgen dalam keluarga.
Abaikan hal-hal yang hanya menimbulkan perdebatan dan kemarahan. Perbanyaklah mengingat kebaikan, jasa-jasa dan kasih sayang yang telah istri berikan. Dan, Ingatlah selalu, bahwa Allah Maha Pemaaf.
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“..Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu [246]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” [(QS Ali ‘Imran [3] ; 159)]
Dengan tiga hal ini, insya Allah para suami akan bisa menjadi pemimpin yang bijak, adil dan penyayang dalam mengarahkan bahtera rumah tangganya, sehingga terbentuklah keluarga berkualitas, yang bisa diandalkan untuk lahirnya generasi-generasi Islam unggul masa depan.*
Rep: Imam Nawawi
Editor: Cholis Akbar
sumber : vemale,https://www.hidayatullah.com