Judul : bikin rumah sendiri untuk pasangan tercinta, kenapa?
link : bikin rumah sendiri untuk pasangan tercinta, kenapa?
bikin rumah sendiri untuk pasangan tercinta, kenapa?
Memang tidak semua perempuan bermasalah ketika tinggal bersama mertua, namun tak sedikit yang kemudian menjadi rentan mengalami permasalahan ini.
Tinggal bersama mertua setelah menikah adalah hal yang lumrah di Indonesia. Ada yang baik-baik saja dan hidup harmonis, namun ada juga yang kemudian menjadi rentan stress.
Dan ternyata menurut penelitian, hidup bersama ibu mertua dapat berdampak buruk bagi kesehatan wanita. Para ilmuwan mengatakan wanita yang tinggal satu rumah dengan keluarga suami, tiga kali lebih rentan mengembangkan penyakit jantung serius.
Stress yang diakibatkan karena harus berperan sebagai anak, istri, dan sekaligus ibu dapat menyebabkan tekanan darah tinggi bahkan diabetes, yang kemudian berisiko pula pada kerusakan jantung.
Dalam penelitian yang dikutip Daily Mail ini, para peneliti melihat efek dari pengaturan hidup sehari-hari pada 91.000 pria dan wanita paruh baya, selama lebih dari 14 tahun.
671 orang di antara mereka yang disurvei di Jepang tersebut, didagnosis dengan penyakit arteri koroner. Sementara 339 orang meninggal karena penyakit jantung, dan 6.255 meninggal karena penyebab lainnya.
Wanita yang tinggal bersama orangtua atau orangtua dari pasangannya, sekaligus dengan anak-anaknya, berisiko 3 kali lebih mungkin didiagnosis dengan penyakit jantung, dibandingkan wanita yang hanya hidup dengan pasangannya.
Meski demikian, hidup bersama keluarga besar bisa memiliki banyak manfaat juga. Tinggal bersama kerabat dekat, terutama orangtua, dapat mencegah perempuan mengonsumsi alkohol, merokok, dan berbagai penyebab risiko penyakit jantung lainnya, menurut ahli kesehatan Profesor Horoyasu Iso.
Tapi stres dari beberapa peran dalam keluarga ketika tinnggal bersama mertua adalah yang paling mungkin meningkatkan kerentanan kesehatan perempuan, katanya.
Simak Nih, 4 Cara Pasangan Baru Nikah Bisa Beli Rumah
Yang lagi menyusun rencana segera menikah, jangan sampai hanya terfokus pada resepsi. Ada satu hal penting lainnya yang juga mesti dipikirkan: beli rumah.
Pasangan baru nikah bisa beli rumah, itu menjadi idaman setiap orang. Sebab masih ada pandangan bahwa kurang etis bila masih tinggal bersama orang tua ketika sudah menikah.
Meski sebenarnya pandangan ini bisa dipatahkan. Misalnya tinggal di rumah ortu karena sambil menemani mereka yang sudah memasuki usia senja.
Bahkan numpang ini pun bukan masalah pada awal-awal pernikahan. Asalkan memang sudah ada rencana mau beli rumah sendiri di kemudian hari.
Tapi ada yang keenakan numpang sampai lupa beli rumah sendiri. Dalihnya, sudah ada rumah ngapain beli rumah lagi. Toh, nanti juga diwariskan.
Ini yang perlu diluruskan. Jika dibanding-bandingkan, lebih baik beli rumah ketimbang beli mobil sendiri. Sebab, rumah termasuk sarana investasi.
Harga rumah pada umumnya meningkat dari tahun ke tahun. Apalagi jika lokasinya strategis. Peningkatannya bisa berlipat-lipat.
Ini berbeda dengan mobil, yang harganya malah kian merosot. Soalnya mobil terkena depresiasi alias penurunan harga tiap tahun.
Mobil termasuk barang konsumsi, bukan investasi. Begitu juga kendaraan lain seperti sepeda motor. Jadi, gak ada salahnya beli rumah sendiri meski sudah ada hunian dari orang tua.
Tapi lain urusannya jika keputusan nunda beli rumah adalah karena belum ada modal. Mungkin dana banyak tersedot buat kebutuhan nikah—hal yang sebenarnya kurang bijak. Berikut ini ada 4 cara pasangan baru nikah bisa beli rumah, mungkin dapat dijadikan referensi:
1. Tekan biaya resepsi
Banyak yang lebih mementingkan resepsi ketimbang hunian ke depannya. Duit digelontorkan buat bikin pesta megah. Seusai resepsi, mengeluh karena dana habis.
Lebih baik resepsi digelar sederhana saja. Yang penting, acara itu berkesan bagi tiap orang. Sisa dana bisa dipakai buat tambahan beli rumah.
2. Atur pengeluaran
Saat sudah menikah, atur pengeluaran berdua. Baik suami maupun istri mesti saling terbuka dalam urusan keuangan. Apakah ada utang, hartanya berapa.
Ini penting untuk menyusun anggaran ke depan. Setelah ada anggaran, patuhi. Percuma bikin anggaran njelimet tapi diabaikan.
3. Berinvestasi
Nabung sudah jelas mesti dilakukan. Tapi ada yang lebih menjanjikan, yaitu berinvestasi. Imbal hasil investasi lebih besar ketimbang bunga tabungan.
Tapi harus paham dulu jenis investasi yang akan dilakoni. Mungkin bisa investasi emas yang simpel. Jika ingin mencoba meraih hasil lebih, bisa mulai pelajari reksa dana dari sekarang.
4. Bikin rekening khusus
Jika memungkinkan, bikinlah rekening tabungan khusus untuk mengumpulkan modal beli rumah. Nantinya dana dari gaji tiap bulan disisihkan ke rekening ini.
Isi rekening gak boleh diutak-atik, kecuali untuk beli rumah. Harus ditetapkan target tabungan untuk beli rumah.
Misalnya membidik rumah seharga Rp 400 juta. Dengan aturan down payment 20% dari harga total, diperlukan Rp 80 juta sebagai DP kredit pembelian rumah (KPR).
Itu belum termasuk biaya bank dan notaris. Kira-kira butuh Rp 100 juta untuk bisa menghuni rumah secara kredit. Tentukan berapa besaran tabungan per bulan sampai didapatkan angka sebesar itu, tentunya dengan melihat kondisi finansial pribadi masing-masing.
Itulah empat cara pasangan baru nikah bisa beli rumah. Dari keempat poin di atas, yang sering dilupakan adalah poin pertama dan kedua.
Resepsi itu penting, tapi rasanya kok sayang keluar duit segitu banyak hanya untuk pesta semalam. Mending dipakai buat hal lain yang lebih bermanfaat.
Ihwal anggaran keuangan juga kerap luput dari perhatian. Padahal anggaran sangat menentukan kelangsungan rumah tangga ke depan. Lihat saja dalam tiap kegiatan dari tingkat RT sampai negara. Soal anggaran selalu ramai dibahas karena memang penting untuk fondasi kegiatan tersebut.
sumber : https://blog.duitpintar.com